Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membayar Diyat (104)

-

*KISAH RASULULLAH ﷺ*

Bagian 104

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد


*Membayar Diyat*

Alangkah berdukanya Rasulullah ﷺ. Pilu yang amat sangat terasa oleh Beliau akibat pembantaian itu. Alangkah susah payahnya beliau menahan duka cita. Dengan lirih Beliau berkata ini adalah tanggung jawab Abu Bara, sudah sejak semula aku berat hati dan khawatir sekali.

Abu Bara juga sangat terkejut. Terpukul sekali dengan penghianatan yang dilakukan Amir bin Ath Thufail. Abu Bara merasa amat terhina, tidak disangkanya Amir bin Ath Thufile melanggar perlindungan yang diberikan kepada kaum muslimin. Tindakan itu sama dengan mencoreng arang di dahi Abu Bara, Anak Abu bara sangat memahami perasaan ayahnya. Pemuda bernama Rabi'a itu bangkit.

"Aku akan menghukum Amir bin Ath thufail dengan kedua tanganku sendiri."

Setelah berkata begitu Rabi'a pun pergi sambil memanggul tombak. Sampai di tempat Amir bin Ath Thufail, Rabi'a menghampiri orang itu. Dengan mata menyala. Tanpa sempat dicegah siapa pun, Rabi'a menghantamkan tombaknya. Dan Amir bin AthThufail pun rubuh.

Begitu dalamnya duka cita Rasulullah ﷺ atas kematian para sahabatnya sampai selama 30 Hari penuh beliau harus mendoakan mereka. Dalam doa yang dibacakan setiap selesai sholat subuh itu, beliau juga berdoa, semoga Allah mengadakan pembalasan terhadap mereka yang telah membunuh para sahabatnya.

Namun di tengah duka yang begitu dalam Rasulullah ﷺ tidak lupa untuk berbuat adil. Begitu mendengar bahwa ada dua orang sahabat kaum muslimin yang terbunuh dengan tangan Amir bin Umayyah, Rasulullah ﷺ segera berkata

"Engkau telah membunuh dua orang berarti aku harus membayar diyat (uang tebusan) kepada keluarga mereka."


Peristiwa Bi'ir Maunah ini menimbulkan keberanian di hati musuh-musuh kaum muslimin di Madinah. Gugurnya para sahabat Rasulullah ini membuat orang-orang Yahudi bani Nadhir semakin berani. Padahal setelah Bani Qainuqa terusir. Bani Nadhir lebih memilih diam karena dicekam ketakutan. Namun setelah perang Uhud dan terakhir di tragedi di Bi'ir Maunah mereka mulai bertindak lebih berani.

Mereka menunggu kesempatan untuk membunuh Rasulullah ﷺ sendiri.
Tanpa mereka duga kesempatan itu segera datang.


*Pengkhianatan Yahudi*

Sesuai dengan perjanjian antara kaum muslimin dan orang Yahudi. Bani Nadhir diharuskan ikut membayar diyat yang harus dibayarkan kaum muslimin kepada keluarga orang yang terbunuh dari bani Amir.

Karena itulah Rasulullah ﷺ datang ke tempat Bani Nadhir di Quba. Beliau disertai 10 sahabat terkemuka di antaranya Abu Bakar,  Umar Bin Khattab, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah sholat berjamaah di Masjid Quba, Rasulullah ﷺ  dan rombongannya memasuki perkampungan Bani Nadhir.

Setelah mengetahui maksud kedatangan beliau orang-orang Bani Nadhir menunjukkan wajah yang manis,

"Kami akan membantumu Muhammad, sekarang duduklah di sini biar kami menyiapkan dulu keperluanmu."

Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya duduk di tepi rumah beratap tinggi milik salah seorang Yahudi.

Sementara itu orang-orang Bani Nadhir tidak menyiapkan uang untuk membantu membayar diyat, melainkan malah berkasak-kusuk perihal rencana jahat mereka.

"Tidak ada lagi kesempatan sebagus ini untuk membunuh Muhammad," ucapan salah seorang pemuka Yahudi.

"Engkau benar," ujar seorang Yahudi lain dengan mata berkilat.

"Pada waktu lain, sangat susah membunuh Muhammad karena ia selalu berada di tengah-tengah sahabatnya. Kini justru Muhammad datang di tengah kita. Jika kita biarkan kesempatan ini akan berlalu begitu saja."

Akhirnya orang-orang Yahudi itu sepakat untuk membunuh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

"Namun bagaimana cara kita membunuh dia?" tanya seorang kebingungan.

Semua terdiam sejenak, lalu seseorang yang berwajah licik berjalan mengambil batu penggilingan yang besar dan berat sambil berkata,

"Siapakah di antara kalian yang mau mengambil batu penggilingan ini Lalu naik ke atap rumah dan menjatuhkannya ke kepala Muhammad sampai remuk?"

Majulah seseorang yang paling jahat di antara mereka Amir bin Jahsy. "Aku!"

"Jangan lakukan itu!" cegah Sallam bin Miskam. Rupanya ia salah satu orang yang berpikiran jernih di tempat itu.

"Demi Allah, Allah pasti memberi tahu Muhammad tentang rencana kita. Sesungguhnya, perbuatan itu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian antara kita dan dia!"

Namun yang lain tidak peduli, mereka tetap menjalankan rencana jahat itu.


*Rasulullah Selamat*

Jibril pun turun memberitahu Rasulullah ﷺ tentang rencana jahat itu. Seketika itu juga beliau bangkit dan pergi dengan cepat seolah-olah ada sesuatu keperluan. Para sahabat yang menyertai beliau sama sekali tidak diberi tahu apa-apa. Karena itu mereka menunggu Rasulullah ﷺ kembali.

Kini giliran orang-orang Yahudi yang kebingungan. Mendadak saja rencana mereka gagal karena itu mereka bermanis-manis wajah kepada para sahabat yang menunggu untuk menghilangkan kesan buruk.

Setelah cukup lama menunggu Rasulullah tidak kembali, para sahabat Rasulullah memutuskan untuk pulang mencari beliau. Mereka menemukan Rasulullah ﷺ telah berada di masjid Madinah.

"Ya Rasulullah, tiba-tiba saja Tuan pergi sedangkan kami tak menyadari," kata para sahabat.

Rasulullah ﷺ tahu rencana jahat Yahudi Bani Nadhir terhadap dirinya. Beliau pun memanggil Muhammad bin Maslamah untuk menyampaikan pesan beliau kepada Bani Nadhir.

Muhammad bin Maslamah berkata di hadapan orang-orang Yahudi,

"Tinggalkan Madinah dan jangan hidup bertetangga dengan ku. Kuberi waktu 10 hari. Siapa saja yang masih ku temui setelah itu akan ku penggal lehernya."


Bersambung Bagian 105

Posting Komentar untuk "Membayar Diyat (104)"