Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Umroh Qadha - Kisah Rasulullah 131

SAMBUNGAN KISAH RASULULLAH ﷺ Bagian 130

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Umrah qadha
Ilustrasi ka'bah 3D zaman Nabi.
src img: Binimad Al Ateeqi

Umroh Qadha

Tidak terasa setahun sudah berlalu sejak perjanjian Hudaibyah disepakati. Rasulullah ﷺ segera memanggil para sahabat agar siap-siap berangkat melakukan umratul qadha atau umroh pengganti.

Seruan itu disambut dengan penuh semangat. Kali ini 2000 sahabat berangkat dengan mengenakan pakaian ihram. Mereka tidak membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Namun Rasulullah ﷺ tetap waspada terhadap penghianatan, karena itu beliau memerintahkan Muhammad bin Maslamah memimpin 100 pasukan berkuda untuk berangkat mendahului rombongan haji.

Kaum muslimin berangkat ke Mekah dengan hati penuh rindu untuk berthawaf di sekeliling Ka'bah.

Kaum Muhajirin sudah terlalu lama menunggu untuk melihat lagi tempat mereka dilahirkan. Mereka ingin lagi menghirup udara tanah suci yang harum dengan penuh rasa hormat dan syahdu.  Mereka ingin menyentuh bumi suci yang penuh berkah tempat Rasulullah ﷺ dilahirkan dan tempat Wahyu pertama diturunkan.

Sesuai dengan perjanjian Hudaibyah, ketika orang-orang Quraisy mengetahui kedatangan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya mereka segera keluar dari Mekah. Penduduk Mekah mendirikan tenda tenda di bukit-bukit sekitar Mekah dari bukit Abu Qubais atau dari Hiro. Mereka melihat dengan penuh rasa ingin tahu bekas kawan-kawan mereka yang dulu pernah mereka usir.

Kisah Rasulullah
Ilustrasi ka'bah 3D zaman Nabi
Img: Binimad Al Ateeqi

Umroh Qadha

Begitu Ka'bah terlihat kaum muslimin serentak berseru,  "Labaik, Labaik!"

Di depan Ka'bah Rasulullah ﷺ membiarkan lengan kanan atasnya terbuka sambil mengucapkan,

"Ya Allah berikanlah rahmat kepada orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya."

Kemudian beliau menyentuh Hajar Aswad (batu hitam) dan berlari-lari kecil. Setelah menyentuh Rukun Yamani di sudut selatan, beliau melakukan perjalanan biasa sampai kembali menyentuh Hajar Aswad, kemudian berlari-lari lagi berkeliling sampai tiga kali dan selebihnya berjalan biasa. Setiap kali beliau berlari, 2000 sahabat ikut berlari-lari, setiap kali Rasulullah ﷺ berjalan mereka pun serentak ikut berjalan.

Semua ini sangat mempesona orang-orang Quraisy, hilanglah anggapan mereka bahwa Rasulullah ﷺ dan sahabatnya  adalah orang-orang yang lemah dan dalam keadaan sulit.

Gerak kaum muslimin di umrah Qadha itu menunjukkan siapa golongan yang mulia. Bukanlah disebut mulia orang yang berumah besar dan bermobil mewah.

Orang yang mulia adalah orang yang membangun umat, membuka selubung kebodohan,  memberi peringatan,  menuntut hak yang terampas, memberi ingat dari lalai. Itulah orang yang mulia, meski tempat tinggalnya hanya gubuk buruk dan pakaiannya hanya baju bertambal.

Setelah selesai thawaf, beliau melakukan Sa'i antara Safa dan Marwah. Setelah selesai melakukan Sa'i, sementara hewan-hewan kurban berada di Marwah, beliau berkata,

"Di sinilah tempat menyembelih hewan qurban dan setiap tempat di Mekah dapat dijadikan tempat untuk menyembelih hewan qurban."

Kemudian beliau menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut di Marwah. Demikian pula kaum muslimin, mereka melakukan seperti apa yang beliau lakukan. Setelah itu, beliau  mengutus orang-orang agar pergi ke Ya'jaj untuk menggantikan orang-orang yang telah diberi tugas menjaga persenjataan, agar mereka dapat melaksanakan manasik umroh.
Mereka kemudian datang dan melaksanakan manasik.

Rasulullah ﷺ tinggal di Mekah selama tiga hari. Pagi-pagi pada hari keempat orang-orang musyrik mendatangi Ali dan berkata,

"Katakanlah kepada sahabatmu agar meninggalkan tempat kami, karena waktunya sudah habis."

Maka Nabi ﷺ pun keluar meninggalkan Mekah dan singgah di Saraf.

Ketika hendak keluar meninggalkan Mekah  mereka diikuti oleh putri dari Hamzah yang berjalan sambil memanggil,

"Paman ......!  Paman ......!"

Kemudian ia dihampiri dan diambil oleh Ali.

*(sesampai di Madinah)* Ali, Ja'far dan Zaid berebut untuk mengurusnya. Namun Nabi ﷺ memutuskan bahwa yang berhak untuk mengurusnya adalah Ja'far, karena istri Ja'far adalah saudara dari ibu putri Hamzah tersebut (saudara perempuan ibu sama kedudukannya dengan ibu)


Bersambung Bagian 132

Posting Komentar untuk "Umroh Qadha - Kisah Rasulullah 131"