Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Generasi Milineal dan Quran

Era digital, milenial, teknologi menimbulkan disrupsi dalam berbagai bidang – termasuk mempelajari Al Qur’am dan berkomunikasi dalam dakwah. Secara bahasa, disruption artinya gangguan atau kekacauan; gangguan atau masalah yang mengganggu suatu peristiwa, aktivitas, atau proses..
Secara praktis, disrupsi adalah perubahan berbagai sektor akibat digitalisasi dan “Internet of Thing” (IoT) atau “Internet untuk Segala”.
Generasi baru adalah anak didik milenial yang highly-mobile, apps-dependent, dan selalu terhubung secara online (“always connected”). Mereka begitu cepat menerima dan berbagi informasi melalui jejaring sosial. Mereka umumnya adalah self-learner.
Ini contoh-contoh pertanyaan yang akan membuat para guru dan ustadz dalam bidang dakwah bisa tergagap-gagap menjawabnya.
Mengapa “bintang’bintang berjatuhan” pada surat At Takwir (The End/Berakhir) ? Mengapa Al Qur’an terlihat seperti acak ? Mengapa 114 Surat dan 6236 ayat ? Mengapa susunan Kitab Mulia tidak sama dengan kronologis turunnya wahyu, dan lain sebagainya.


milineal

Mungkin tidak diketahui.
Kitab Mulia memiliki ‘bahasa kedua’ yang mampu merespon disrupsi mileneal di era digital, dengan kode berbasis matematika, prime numbers, pairs, hingga simbol abjad dan sains modern.
Dibawah ini sebagian contoh saja.
Misalnya, mengapa 114 surat dan 6236 ayat ?
Kitab Mulia tersusun berpasangan sempurna 57 Surat Homogen dan 57 surat Heterogen. Angka 114 dan 6236 juga berpasangan, karena membentuk kripto 7 digit yang habis dibagi bilangan prima 7 juga, bolak balik, baik dari kiri kekanan maupun dari kanan kekiri.
Lihat saja.
1 1 4 6 2 3 6 adalah 7 x 163748
Dibalik dari kanan serupa.
6 3 2 6 4 1 1 adalah 7 x 903773
Baik, kita akan masuk ke contoh yang lebih rumit, perpaduan dengan abjad.
Dalam kronologis wahyu, Al Faatihah tercatat di urutan ke lima turun di Mekkah hanya 7 ayat dan dikenal sebagai “ As – Sab’ al Matsany (7 ayat yang diulang-ulang). Ia dikenal juga sebagai surat, misalnya :
1). Asy-syaafiyah atau surat Penyembuh
2). Ar Ruqyah atau “mantra”, banyak digunakan ketika mengusir mahluk golongan Jin (tidak terlihat).
3). Al Waaqiyah atau surat Pemelihara, karena melalui bacaan ini seseorang diharapkan akan memperoleh pemeliharaan Tuhan Yang Maha Pemurah dari segala macam bencana.
Dan tentu saja “Al Hamd” , bentuk Pujian dan DOA kepada Tuhan Pencipta Jagad Raya serta Pemilik “multi alam semesta” (Rabbil alamin).
AL FAATIHAH” IS A SERIOUS SCIENCE disebut juga (UMMUL QUR’AN)
Al Fatihah akan dibaca minimal 17 kali dalam sehari oleh Muslim yang taat,disaat salat wajib.
Dalam sains, surat pendek ini penuh dengan “coding” yang berhubungan dengan Bilangan Prima dalam matematika, bilangan 7 dan 19. Baik yang sederhana hanya 8 dijit hingga yang rumit, lebih dari 28 digit.
Itulah sebabnya, sebagian ilmuwan menyebutnya dengan kalimat “A serious science”.
Bilangan Prima dikenal ilmuwan baik ditemukan sebagai kode alam (hidden in nature) juga sebagai bahasa universal yang hanya dapat dipahami oleh makhluk cerdas di Jagad Raya (Carl Sagan, ilmuwan astrofisika).
Ini contoh Bilangan Prima :
2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47……dan seterusnya.
Dalam ajaran Islam banyak ditemukan misalnya 5 kali salat wajib dalam sehari, 17 rakaat, 7 langit dan Bumi, 7 kali tawaf dan sa’i, 19 abjad Arab dalam kalimat “Basmallah” dan 31 ayat yang sama diulang-ulang dalam surat “Ar Rahmaan”.
Di alam misalnya, manusia disusun dari 23 pasang kromosom, 19 ruas tulang jari tangan/kaki manusia, 19 tahun siklus Meton di Tata Surya atau kedatanngaan Komet Halley, 76 tahun sekali (19 x4).
Pola Bilangan Prima juga diikuti hewan CICADAS (serangga serupa Jangkrik) yang menghindari musuhnya “predator” (hewan pemangsa), ia muncul dalam siklus 13 atau 17 tahun sekali di Bumi. Jenis serangga ini, misalnya, di hutan Tennessee dan Nashville Amerika Utara tidak pernah muncul dalam suiklus 12,14,15,16,atau 18 tahun, tetapi hanya siklus kehidupan 13 dan 17 tahun sekali.
Langsung saja kita masuk ke surat Al Fatihah dengan pola yang rumit yang ditemukan oleh “Abd ad – Da’im al Kahil, dalam bukunya “ MISTERI ANGKA”, best seller. Judul aslinya “ Mausurr’ah al ‘ijaz ar – rahmi” (2006) – yang khusus menggunakan kode angka 7.
Surat Al Faatihah tersusun oleh 21 Abjad Arab kelipatan 7 bilangan prima, jumlah tiap abjad disusun sebagai berikut, dari yang terbanyak hingga sedikit, dalam kurung.
Alif (22)
Laam (22)
Miim (15
Yaa (14)
Nuun (11)
Raa (8)
‘Ain (6)
Haa (5)
Haa (5)
Baa (4)
Daal(4)
Waawu (4)
Siin (3)
Kaaf (3)
Taa (3)
Shaad (2)
Thaa (2)
Ghain (2)
Dhaad (2)
Qaaf (1)
Dzaal (1).
Dari angka terendah ke angka yang tinggi tersusun kode 28 digit (7 x 4) yang lumayan panjang, dan ini merupakan kelipatan 7 juga. Dimulai dengan abjad Dzaal dan Qaaf, terus ke abjad Dhaad
.
Ini kodenya:
1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 6 8 1 1 1 4 1 5 2 2 2 2
Perhatikan:
11222233344455681114152222 adalah 7 x 1603176192065097302021746
Luar biasa bukan ?
21 Abjad Arab dalam surat Al Faatihah menghasilkan 28 digit kode yang merupakan kelipatan bilangan 7, bilangan prima. Semua serba 7.
Para pembaca bisa “memeriksanya” dengan komputer aplikasi khusus, karena tidak bisa dengan kalkulator biasa.
Itupun baru bisa, ditahun 2017, setelah aplikasi digital di ‘on line’ diunduh untuk digunakan bagi masyarakat umum.
Apakah ini paling rumit ?
Belum!
Ada lagi dengan kode menggunakan pola “Gematrical Value” menghasilkan angka yang panjang, 38 digit.
Bayangkanlah, apakah semua ini merupakan hasil “karangan” manusia di abad ke tujuh ?
Dalam matematika, surat Al Faatihah mencerminkan ‘ a serious science” – “the hidden prime numbers in Qur’an “, serupa dengan DNA manusia, siklus Meton atau kode alam yang terdapat pada hewan Cicadas.
Ini adalah contoh komunikasi kepada umum di generasi era digital, agar tidak terjadi ‘disrup’si mileneal dan teknologi sebagaimana di diteksi oleh Prof. Clayton dengan teori “Disruption Technology”. Jangan lewatkan artikel terkait lain Selfie adalah candu dan Blackhole dan hajar aswad
Melihat contoh diatas, apakah isi KItab Mulia mampu menjawab kemungkinan disrupsi Mileneal?
Lalu, mengapa bintang-bintang berjatuhan (Qs, 81: 2) ?

Posting Komentar untuk "Generasi Milineal dan Quran"