Show Me the Market ABDURRAHMAN BIN AUF R.A.
The Real Millionaire ABDURRAHMAN BIN AUF R.A.
Episode 2. Show Me The Market
‘Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang paling kaya. Silakan pilih separuh hartaku dan ambillah. Aku juga mempunyai dua istri. Perhatikan yang lebih menarik hatimu dan aku akan menceraikannya, sehingga engkau dapat memperistri darinya.’ (Sa’ad bin Rabi’ Al-Anshari R.A.)
Hanya berbekal pakaian yang menempel dibadan Abdurrahman tiba di Madinah bersama sahabat Muhajirin lainnya. Perintah hijrah dia penuhi dengan segenap ketaatan pada Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ. Meski dengan itu dia harus merelakan seluruh harta dan jaringan bisnisnya di Mekkah diambil alih oleh Quraish. Abdurahman berangkat seorang diri tanpa sanak saudara yang menyertai.
Demi memenuhi perintah hijrah, Abdurrahman rela kembali ke titik nol dari pencapaian selama ini. Dia tinggalkan seluruh fasilitas nyaman sebagai pebisnis sukses di Mekkah. Memulai kehidupan baru di Madinah tanpa bekal sedikitpun.
Tibalah waktu membawa Abdurrahman bin Auf pada harapan besar. Rasulullah ﷺ dengan strategi yang unik mempersaudarakan setiap seorang Muhajirin dengan seorang Anshar. Rasulullah ﷺ mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’, bangsawan terkaya di Madinah.
Strategi Persaudaraan ini berjalan dengan sempurna hingga membuat hati terpesona. Diikat dengan keikhlasan tanpa batas. Dua kelompok besar manusia yang baru saling mengenal, yang satu pendatang dari Mekkah dan yang lainnya pribumi asli Madinah. Seketika berubah menjadi keluarga besar yang saling mengasihi, berbagi, dan saling membantu melebihi ikatan saudara kandung.
Ya, inilah ikatan yang paling kokoh, ikatan yang hakiki, aqidah Islam. Lebih kokoh dari ikatan keluarga, kelompok, kepentingan, suku, ashabiyah, atau nasionalisme yang rapuh.
Dari seluruh pasang saudara yang terjalin, kisah persaudaraan Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’ paling banyak menyita perhatian para ahli sejarah. Kisah yang sarat dengan teladan yang mengharukan, mengundang decak kagum, dan hampir-hampir sulit diterima logika manusia jaman sekarang.
Bagaimanapun juga, Abdurrahman bin Auf adalah seorang pengusaha sukses yang sudah malang melintang sarat pengalaman bisnis di Mekkah. Masuk dalam jajaran bangsawan kaya raya yang terkenal diantara tokoh-tokoh Quraish. Hanya saja saat ini dia tidak memiliki apa-apa lagi selain kain yang dipakainya. Tidak ada modal untuk memulai usaha, bahkan tempat tinggal atau sekedar untuk biaya hidup sehari-hari.
KISAH SAHABAT RASULULLAH SAW
Serial Kumpulan Kisah Sahabat Nabi Yang Mengagumkan , Menginspirasi dan jarang diketahui serta mengharukan yang telah dikemas singkat dan lengkap untuk dijadikan teladan bagi kehidupan umat Muslim berdasarkan Al Qur'an dan hadist Rasulullah Muhammad SAW.
Tidak ada yang kebetulan bagi Allah, kebetulan hanyalah bahasa bumi, bahasa manusia. Abdurrahman dipersaudarakan oleh Rasulullah ﷺ dengan Sa’ad bin Rabi’, seorang bangsawan, pengusaha dan orang paling kaya di Madinah. Usaha perkebunan kurma milik Sa’ad bin Rabi’ Al-Anshari menguasai tidak kurang dari 50% market share di Madinah. Setengah dari seluruh kebun kurma di Madinah saat itu milik Sa'ad.
Tanpa menunggu otaknya perpikir menimbang-nimbang, seketika Sa’ad bin Rabi’ mendengar Rasulullah ﷺ mempersaudarakan dengan Abdurrahman bin Auf, dia langsung menawarkan setengah dari kekayaannya untuk Abdurrahman.
Ya, kekayaan yang dimaksud Sa'ad meliputi kebun kurma termasuk tanah dan pekerjanya di seluruh Madinah. Menurut atsar riwayat, total pekerja Sa'ad mencapai 5.000 orang. Dia memberikan setengah dari bisnis yang dimilikinya. Abdurrahman bin Auf bisa langsung menjadi kaya raya. Tanpa harus memulai merintis usaha baru, tinggal menerima keuntungannya saja.
Tidak hanya itu, Sa’ad bin Rabi’ juga menawarkan salah satu dari dua istrinya akan dia ceraikan agar bisa dinikahkan dengan Abdurrahman bin Auf.
Benarkah?
Begitu hebatnya persaudaraan ini hingga mencapai tingkat yang sulit dipahami, apalagi diikuti. Logika model apapun sulit memahami keimanan dan keiklasan, karena tentu bukan ranah logika. Dan jangan menilainya dengan ukuran-ukuran yang rendah, karena kita sedang berhadapan dengan generasi manusia yang ditempa langsung oleh keimanan, keikhlasan, dan nilai luhur dan suci dari sosok teladan manusia akhir zaman yang paling mulia, baginda Rasulullah ﷺ.
Baik, kita dengarkan saja langsung dari saksi mata. Shahabat yang mulia, Anas bin Malik R.A. akan menceritakan kisah ini pada kita.
“Sa’ad berkata kepada Abdurrahman, ‘Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang paling kaya. Silakan pilih separuh hartaku dan ambillah. Aku juga mempunyai dua istri. Perhatikan yang lebih menarik hatimu dan aku akan menceraikannya, sehingga engkau dapat memperistri darinya.’
Ya, benar. Sa’ad bin Rabi’ tidak hanya memberikan separuh hartanya dan satu dari dua istrinya, tapi mempersilahkan Abdurrahman bin Auf sendiri yang memilih sesuai keinginannya, baik harta maupun calon istrinya. Sisanya barulah akan tetap menjadi milik Sa'ad.
Satu sikap luhur dalam persahabatan yang sulit dicari tandingannya. Jika ada saudara kandung sekalipun menginap dirumah, bukankah kita hanya memberikan satu dua helai pakaian? Ya, itupun mungkin pinjaman, bukan pemberian.
Atau jika saudara kita jatuh miskin perlu bantuan, sudah biasa dimanfaatkan menjadi "partner usaha" yang akan memberikan bunga tiap bulan dari pinjaman usaha. Atau dimanfaatkan jadi karyawan agar membantu memberikan keuntungan, atau malah dijadikan "karyawan" tanpa "gaji tetap". Bahkan kadang-kadang yang dia dapat bukan bantuan, tapi nasehat panjang yang menyudutkannya sebagai orang kalah. Dan seuntai do'a dengan dalih do'a lebih utama dan tak ternilai harganya. Hmmm... Kontaminasi kapitalis!
Apakah Sa'ad begitu? Tidak.
Lalu, bagaimana Abdurrahman membalas kebaikan Sa'ad? kita berikan kesempatan shahabat yang mulia Anas bin Malik R.A. melanjutkan kisahnya, lalu
Abdurrahman bin Auf menjawab, ‘Semoga Allah memberkahi dirimu dalam keluarga dan hartamu. Tunjukkan kepadaku pasar!’”
Jadi, Abdurrahman menolaknya? Ya, dia termasuk sahabat yang memiliki akhlaq utama, tidak mau memberatkan orang lain. Meski Rasulullah ﷺ telah mengijinkannya.
Benar, semua sahabat Muhajirin mendapat bantuan dari sahabat Anshar-nya, tapi ini tidak berlaku bagi Abdurrahman bin Auf R.A. Dia menolak seluruh tawaran besar itu, dia hanya minta satu hal yang ringan bagi Sa'ad, menunjukan posisi pasar di Madinah.
Hanya itu? Ya, tidak lebih. Tunjukkan kepadaku pasar!
Kalimat ini sangat sederhana, namun menyiratkan keahlian Abdurarahman sebagai pebisnis sejati. Dan kini, setelah jaman berganti. Strategi Abdurrahan bin Auf telah menginspirasi jutaan entepreuneur milenial. Bahwa bisnis tidak berawal dari produk, tapi dari market. Lakukan riset pasar untuk mengetahui yang dibutuhkan manusia, baru menentukan produknya.
Tunjukkan kepadaku pasar!
Penggalan kalimat inilah yang membuktikan kejeniusan Abdurrahman. Dan strategi inilah yang membawa Abdurrahman pada keberhasilan, dan para pebisnis modern abad ini.
Hmmm... Abu Muhammad!
....
Abdurrahman bin Auf paham bahwa pertanian adalah mata pencaharian utama penduduk Madinah. Maka dia segera berangkat ke pasar mencari toko yang menjual perkakas pertanian berupa cangkul lalu membelinya beberapa buah.
Ssst...! dari mana uangnya? Tidak, dia belum bisa membelinya. Tapi disepakati dengan pemilik toko dengan pembayaran tempo. Abdurrahman lalu berkeliling menawarkan produk itu dan hari itu juga laku semuanya. Baru kemudian dia bayar lunas kepada pedagangnya.
Setelah mendapat kepercayaan, dia membeli lagi lebih banyak masih dengan pembayaran tempo. Diulanginya cara itu sampai mendapatkan modal yang cukup untuk memulai usaha. Dalam waktu satu bulan, Abdurrahman sudah memiliki toko sendiri. Ya, menjual peralatan pertanian. Dalam sebagaian riwayat, barang pertama yang dia jual adalah kayu bakar.
Kemudian .....
Dengan kejeliannya Abdurrahman melihat pasar Madinah sudah sesak dengan pedagang. Lalu dia mendapati lahan kosong sebelah pasar. Naluri usahanya muncul, tantangan berubah menjadi peluang. Dan Abdurrahman harus segera mendapatkan jawaban. Jawaban untuk para pedagang baru yang tidak kebagian tempat, juga jawaban bagi dirinya.
Setelah sepakat dengan pemilik lahan, dibuatlah perencanaan, proyek pembangunan pasar baru dimulai. Pasar baru yang tersambung dengan pasar lama.
Tapi mari kita selidiki bisik-bisik mereka, MoU antara Abdurrahman dan pemilik lahan. Ada yang unik dari akad perjanjian usaha mereka. Abdurrahman bertindak sebagai pengelola, dan pemilik lahan bertindak sebagai investor. Mereka sepakat membangun pasar yang akan ditempati para pedagang. Calon konsumen mereka adalah para pedagang.
Ternyata semua pedagang yang menempati petak pasar baru tidak dikenakan biaya sewa alias gratis. Adapun keuntungan pemilik lahan dan Abdurrahman sebagai pengelola adalah pahala dari Allah ﷻ. Kata Abdurrahman, "ini adalah transaksi paling menguntungkan". Dan, pemilik lahan setuju dengan konsep bisnis ini.
Hmmm.... Abu Muhammad, bagaimana bisa? Presentasi model apa yang engkau paparkan? Investor tiba-tiba setuju model bisnis tanpa profit berupa uang, tapi pahala.
Namun, apa yang terjadi kemudian? Diluar dugaan ternyata semua pedagang pasar baru mengapresiasi tindakan itu dengan rutin mengirim sebagaian keuntungan mereka tanpa diminta. Jumlahnya melebihi rata-rata biaya sewa disana.
Kini Abdurahman dan pemilik lahan menghadapi kesulitan. Ya, sulit menghindar dari keuntungan.
KISAH SAHABAT NABI
Meneladani Kehidupan
Generasi Terbaik
Posting Komentar untuk "Show Me the Market ABDURRAHMAN BIN AUF R.A."