The Benefactor ABDURRAHMAN BIN AUF R.A.
“Sungguh, aku melihat diriku ini seandainya mengangkat batu pasti kutemukan emas dan perak di bawahnya.” (Abdurrahman bin Auf R.A.)
Episode 3
The Man with the Golden Hand
“Harta Abdurrahman bin Auf halal dan bersih, memakannya membawa keselamatan dan keberkahan.” (Utsman bin Affan R.A.)
Hari itu di masjid Nabawi, selepas sholat berjamaah, Rasulullah ﷺ melihat hal yang berbeda dari Abdurrahman bin Auf. Tercium wangi parfum, dan dia berpakaian baru. Terlihat perubahan sejak pertama kali datang ke Madinah. Ternyata Abdurrahman akan menikah dengan perempuan Anshar, suatu prestasi luar biasa menikahi perempuan Anshar waktu itu karena maharnya sangat tinggi. Dan Abdurrahman telah siap dengan mahar emas sebesar biji kurma.
Rasulullah ﷺ senang mendengar itu, lalu beliau bersabda, "Sembelihlah walau hanya seekor kambing untuk saudara-saudara muslim-mu, semoga Allah memberikan keberkahan dalam hartamu."
Suatu saat ketika Rasullullah ﷺ berorasi membakar semangat kaum muslimin untuk berinfaq di jalan Allah, Abdurrahman bin Auf menyumbang separuh hartanya senilai 2000 Dinar (sekitar Rp 2.4 Milyar nilai uang sekarang). Saat itu beliau ‘belum kaya’ dan hartanya baru 4000 Dinar (Rp 4.8 Milyar).
Atas sedeqah ini beliau didoakan khusus oleh Rasulullah ﷺ, “Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu, terhadap harta yang kamu berikan. Dan semoga Allah memberkati juga harta yang kamu tinggalkan untuk keluargamu.”
Do’a ini kemudian benar-benar terbukti dengan kesuksesan demi kesuksesan Abdurrahman bin Auf dalam usahanya. Hari demi hari bisnis Abdurrahman kian maju.
Keuntungannya dalam perniagaan sangat besar hingga mencapai batas yang membuat dirinya sendiri takjub dan heran. Sekarang mari kita dengar pengakuannya saat dia mengatakan, “Sungguh, aku melihat diriku ini seandainya mengangkat batu niscaya kutemukan emas dan perak di bawahnya.”
Sebuah peti kayu dibawa menghadap sang majikan oleh pekerja kepercayaannya. Tapi yang mana majikannya? Sepintas sulit membedakan dari penampilannya, tapi tidak bagi yang sudah mengenalnya. Abdurrahman bin Auf sang majikan, memang begitulah adanya. Jika ada orang asing yang baru mengenal namanya akan sulit menemukannya di tengah para pekerja atau budak-budaknya. Budak-budak yang selalu dia beli untuk dimerdekakan.
Berbeda dengan kebiasaan tokoh-tokoh bangsawan kaya Quraish Makkah lainnya yang biasa memakai jubah panjang menutup mata kaki untuk menunjukan kelasnya.
Lalu Abdurrahman membuka peti kayu, ini adalah keuntungan bersih yang diperoleh dalam bisnisnya. Isinya berupa emas, satu peti penuh. Abdurrahman segera memanggil istrinya untuk membantu pembagian harta keuntungan itu kepada penduduk Madinah. Dengan satu pesan, malam hari sebelum tidur harus habis tanpa sisa.
Namun pada hari kedua keuntungan datang lagi dua kali lipat. Benar, dua peti penuh berisi emas sebagai keuntungan bersih. Segera dibagikan lagi kepada masyarakat tanpa menyimpan sedikitpun. Malam hari sebelum tidur harus habis tanpa sisa. Itulah kebiasaan Abdurrahman bin Auf. "Inilah cara terbaik mengelola harta", tambahnya.
Masya Allah, begitukah cara mereka mengelola harta? Atau dongeng apalagi ini?
Ini bukan dongeng! Ini riwayat yang shahih, kisah nyata, peradaban Islam memang memiliki metode menjaga keaslian informasi yang mengagumkan. Tidak asal bunyi, apalagi berbohong untuk pencitraan.
Tapi bukankah cara mengumpulkan harta itu dengan menabung? Kontaminasi kapitalis lagi, rupanya jihad melawan penjajah hanya mengusir orangnya, pandangan hidupnya tidak. Hmmm...!
Semakin hari semakin besar bisnis Abdurrahman. Tapi kebiasaannya tetap sama, dia tidak pernah tenang sebelum harta itu dibagikan kepada penduduk Madinah. Dia harus segera membagi-bagikan keuntungan yang diperolehnya sampai habis. Hanya sekali-kali dia mengambil untuk dirinya dan keluarganya dan untuk membeli kendaraan niaga tambahan berupa unta dengan segala perlengkapan muatannya.
Sejak Rasulullah ﷺ mendo'akannya, bisnis Abdurrahman terus meroket, keuntungan datang bertubi-tubi, keuntungan yang sangat besar.
Dia bukan type orang serakah yang mengumpulkan harta karena ingin menjadi orang kaya. Bisnisnya bukanlah monopoli dan bisnis ilegal. Atau bisnis plat merah yang menempel pada kekuasaan. Tapi usaha halal berakad syariah berbingkai kejujuran, ketaatan, dan kehati-hatian. Semata dalam rangka ibadah mendekatkan diri kepada Allah dan berkorban di jalan-Nya.
Sekarang mari kita dengarkan kesaksian dari Khalifah ke-3 Utsman bin Affan R.A. tentang harta kekayaan Abdurrahman.
Utsman bin Affan R.A. tercatat sebagai orang kaya juga sejak di Makkah, selalu bersaing dengan Abdurrahman dalam berkorban di jalan Allah ﷻ dalam berbagai kesempatan. Utsman dan Ibnu Auf termasuk sahabat penyokong biaya jihad dalam peralatan militer dan logistiknya.
Menjelang wafat, Abdurrahman bin Auf pernah mewasiatkan 50.000 dinar (sekitar Rp 105 Milyar) untuk diinfakkan di jalan Allah ﷻ. Dan dia juga berwasiat khusus bagi setiap veteran Perang Badar yang masih hidup, masing-masing mendapatkan 400 dinar (sekitar Rp 850 juta per orang), veteran Badar yang masih hidup waktu itu jumlahnya tidak kurang dari 100 orang.
Utsman bin Affan memang tidak ikut perang Badar karena suatu tugas dari Rasulullah ﷺ. Sehingga Rasulullah ﷺ tetap mencatatnya sebagai prajurit Badar dan memberikan ghanimah bagi Utsman usai perang.
"Wasiat 400 dinar" sangat berarti bagi para veteran badar, tapi tidak bagi Utsman bin Affan. Karena dia termasuk orang kaya raya. Tapi anehnya Utsman tetap menerimanya dan berkata, “Harta Abdurrahman bin Auf adalah halal dan bersih, memakannya membawa keselamatan dan keberkahan.”
KISAH SAHABAT RASULULLAH SAW
Serial Kumpulan Kisah Sahabat Nabi Yang Mengagumkan , Menginspirasi dan jarang diketahui serta mengharukan yang telah dikemas singkat dan lengkap untuk dijadikan teladan bagi kehidupan umat Muslim berdasarkan Al Qur'an dan hadist Rasulullah Muhammad SAW.
Bisnis Abdurrahman meliputi sektor komoditi, pakaian, makanan, dan peralatan (hardware) terus berkembang pesat. Hingga kafilah-kafilah dagangnya di Mesir dan Syria membawa barang-barang penuh muatan yang pernah memacetkan jalan-jalan Madinah.
Kehidupan Abdurrahman bin Auf di Madinah, baik semasa Rasulullah ﷺ maupun sepeninggal beliau, selalu ditunaikan dengan sempurna untuk memenuhi hak agama ini dan beramal di dunia.
Penduduk Madinah pernah mendapati Ibnu Auf di jalan kota Madinah sedang membagi-bagikan uang 40.000 dirham (kira-kira 1,8 milyar). Dia bagikan kepada siapa saja yang ditemuinya sampai habis tak tersisa.
Dan pada kesempatan lainnya ia bagi-bagikan 40.000 dinar (kira-kira 85 milyar) kepada penduduk Madinah.
Kadang-kadang dia bagikan hartanya secara terang-terangan, kadang-kadang dia bagikan secara sembunyi-sembunyi hingga penerima sedekah tidak tahu yang memberikannya.
Abdurrahman bukan sosok yang dikendalikan harta, tapi dia mengendalikan penuh hartanya. Ia tidak pernah menyimpan harta keuntungan bisnisnya tapi membagikannya sehingga dinikmati seluruh penuduk kota Madinah dan sekitarnya.
Diapun terus memutarkan asetnya dalam seluruh jaringan bisnis yang makin lama makin besar. Ia mempergunakan hartanya untuk memperkokoh hubungan kekeluargaan dan mengeratkan tali persaudaraan, serta menyediakan perlengkapan tentara Islam.
Imam Adz-Dzahabi menyebut Abdurrahman bin Auf adalah orang kaya yang bersyukur, dan bentuk syukurnya adalah sedekah terus menerus tanpa henti.
Saking banyaknya pemberian Abdurrahman bin Auf untuk masyarakat kota Madinah, dalam beberapa riwayat masyhur ada yang mengatakan, "Kami penduduk Madinah makmur menjadi tetangga Abdurrahman."
Dan sebagian lagi mengatakan, “Seluruh penduduk Madinah berserikat dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga harta Abdurrahman dipinjamkan kepada penduduk Madinah, sepertiga lagi dipergunakannya untuk membayar utang-utang mereka, dan sepertiga sisanya dibagi-bagikannya kepada mereka.”
#Catatan : Pendekatan perhitungan kurs harga uqiyah, dinar, dan dirham mengacu pada fatwa Syeikh Muhammad Shalih Al Munajjid. Pada saat artikel ini ditulis
Bersambung...
"Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir." [Al A’raf: 176]
Posting Komentar untuk "The Benefactor ABDURRAHMAN BIN AUF R.A."